Kegagalan Struktur Bangunan Gedung
A. Tujuan dari analisis kegagalan struktur bangunan gedung :
1. Mengidentifikasi kegagalan struktur
a. Pengamatan visual,dilakukan pada tahap awal dari seluruh
rangkaian kegiatan di lapangan.
b. Gambaran secara umum tentang tingkat kerusakan.
c. Kategori kerusakan ( kerusakan berat,kerusakan sedang,
kerusakan ringan ).
d. Kerusakan beton secara visual dapat berupa retak- retak
halus,retakan besar,meletusnya (spalling) beton di titik- titik
tertentu,perubahan warna elemen,maupun pengelupasan
beton.
2. Pengukuran dimensi
a. Mengukur dan memeriksa dimensi elemen- elemen struktur
yaitu kolom,balok,plat lantai termasuk jarak kolom dan
tinggi lantai.
b. Pengukuran dilakukan pada setiap lantai.
c. Hasil pengukuran beserta sifat bahan merupakan bahan
masukan untuk analisis ulang struktur pasca kegagalan.
B. Penyebab kegagalan dari struktur bangunan gedung :
1. Perencanaan
Pada waktu perencanaan struktur ini harus memperhitungkan mutu beton dan mutu
baja yang digunakan. Agar dikemudian hari tidak terjadi permasalahan struktur karena
dapat berakibat pada keamanan dan fungsi dari bangunan tersebut. Mutu yang rendah akan
mengkibatkan beton tersebut tidak kedap terhadap air. Walaupun beton bertulang sulit
untuk dapat kedap air secara sempurna.
2
Kesalahan perencanaan dapat berupa kesalahan hitung, pendetailan dan kesalahan
lainnya :
a) Kesalahan hitung yang berasal dari :
· Sistem mekanika yang salah
· Pembebanan kombinasi
· Lendutan yang terlalu besar
b) Kesalahan pendetailan :
· Kekurangan tulangan
· Tulangan terlalu rapat
· Persyaratan selimut tidak terpenuhi
· Toleransi pendetailan tidak terpenuhi
· Pendetailan yang tidak jelas, sulit bahkan tidak mungkin
dilaksanakan
c) Kesalahan lainnya,misalnya :
· Serangan fisik/ kimia yang tidak diperkirakan
· Investigasi tanah yang minim
· Akibat deformasi struktur yang tidak diperkirakan.
Dan perencanapun harus memperhatikan daerah beton yang akan terkena air,
sehingga dapat direncanakan untuk memberi pelindung berupa water proofing. Hal ini
dapat memperkecil merembesnya air kedalam struktur beton bertulang.
3
2. Pelaksanaan Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi sangat menentukan dalam keberhasilan suatu proyek
pembangunan fisik, walaupun perencanaannya telah sesuai dengan standar dan melalui
proses perhitungan yang tepat.
Kesalahan pelaksanaan dapat berupa :
a) Bahan dan komposisinya
· Semen yang tidak memadai (kurang atau berlebih)
· Agregat yang reaktif, yang peka terhadap alkali
· Bahan yang mengandung sulfat, bahan organic dsb
· Faktor air semen terlalu tinggi
b) Acuan
· Kurang stabil dan deformasi besar
· Kurang pembasahan
· Kebocoran
· Penyambungan yang buruk
c) Pengerjaan
· Kurang pemadatan ( sarang kerikil,gelembung udara )
· Segregasi (tinggi jatuh)
· Bliding,penurunan seting
d) Perawatan pasca
· Kurang perawatan (retak susut)
· Pembongkaran acuan yang terlalu cepat
· Perbaikan yang tidak baik
4
3. Kesalahan Penggunaan
Saat bangunan mulai beroperasi, dapat terjadi kesalahan dalam penggunaan, yang
disebabkan antara lain :
a) Kesalahan penggunaan dapat terjadi karena dibebani pengaruh yang dalam
tahap perencanaan tidak diperhitungkan,misalnya :
· Beban yang lebih tinggi
· Pembuatan lobang / bukaan
· Penambahan struktur
Pada dasarnya suatu bangunan tidak terlepas dari kerusakan- kerusakan yang
terjadi, baik yang disebabkan oleh karena kesalahan- kesalahan perencanaan, pelaksanaan,
penggunaan maupun pengaruh eksternal / lingkungan dan waktu. Kerusakan,baik jenis
maupun penyebabnya perlu diketahui secara dini dan tepat. Banyak jenis dan penyebab
kerusakan yang dapat diketahui secara visual dengan mata langsung maupun dengan
peralatan. Dengan diketahuinya jenis dan penyebab kerusakan akan dapat ditangani
perbaikannya dengan metode yang tepat dan waktu yang tidak terlambat.
Didalam pelaksanaan konstruksi beton bertulang harus ketat dalam pengawasan
material dan metoda pelaksaan yang diterapkan harus sesuai dengan ketentuan teknik sipil
yang telah dituangkan oleh perencana dalam dokumen perencanaan. Material yang jelek
dapat menurunkan kwalitas bangunan sehingga bangunan tidak layak fungsi selama umur
rencana.
5
C. Investigasi
Untuk melakukan pemeriksaan terhadap struktur secara detail perlunya alat
investigasi. Peralatan investigasi terbagi 2 ( dua ) :
1. Non destructive apparatus ( alat uji tidak merusak )
Mekanik, optik, kimia, elektronik, dinamik, termik, suara.
2. Destructive apparatus ( alat uji merusak )
Mekanik, optic, kimia, elektronik, dinamik, termik
Secara umum, semua bangunan sipil dirancang untuk sesuai dengan fungsi/ tujuan
dengan mengindahkan persyaratan- persyaratan kekuatan, kekakuan, kestabilan, daktalitas
dan ketahanan terhadap kondisi lingkungan. Namun setelah bangunan berdiri, terjadi
kerusakan yang berakibat persyaratan- persyaratan tersebut tidak terpenuhi lagi. Jika
bangunan tidak segera ditangani perbaikan atau perkuatannya, kerusakan dapat berlanjut
lebih parah lagi.Agar bangunan yang sudah rusak dapat terus difungsikan, diperlukan
tindakan rehabilitasi yang dapat berupa perbaikan ( retrofit ) atau perkuatan
( strengthening ).
Dengan dilaksanakannya repair pada bangunan tersebut diharapkan bangunan
dapat berfungsi dengan baik selama umur layanan dan dapat bertahan untuk waktu yang
relatif lama, dengan catatan bangunan harus selalu diperhatikan dan dipelihara dengan
baik termasuk pemeliharaan lingkungan disekitarnya.